Rabu, 11 September 2013
Melekat di Hati Pecinta
Cinta
Janda merupakan sebuah komunitas belasan usia anak muda yang mulai
tumbuh dan berkembang mencari kodratnya sebagai insan manusia yang
memanusiakan manusia dalam merengkuh harapan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup di dunia. Komunitas ini terlahir dari sebuah
pembicaran panjang yang membahas tentang nilai hasanah hidup manusia
dalam kehidupannya . Berawalk dari keterpurukan dalam belaian cinta dan
kaih sayang, kerinduan akan keindahan dalam sisi hidup , yang senantiaa
menjadi impian bagi setiap individu . Penimpaan nilai buruk menjadi icon
negative bagi sekumpulan anak jalanan yang memang rumah tinggalnya
disepanjang pinggiran jalan raya . Berbagai perilaku dialami dalam
bebrapa waktu yang telah lalu. Sepintas dalam pemandangan yang
menyenangkan dalam pergaulan , lagi pula bebas dengan pilihan yangharus
diambil dalam tindakan bebas tanpamempertimbangkan kepedulian lingkungan
di sekitarnya. Gaya perilaku kehidupan anak-anak jalanan beraneka ragam
. Tak heran jika larut dalam titian yang tak paham akan harmoni dalam
nilai kebijaksanaan . Sebuah harkat martabat yang tak perlu
diperjuangkan karena terndam kebutuhan mancari kedamaian . Hingga tak
terdengar lagi akan rintihan nasib yang tak pernah tebayangkan .
Terlebih semarak reformasi negeri ini yang sedang kocak dalam mencari
bentuk jati diri dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara
, menambah rentetan kebutaan dalam cara pandang yang terbenam dalam
euforia. Pun tuntutan kebebasan menjadi dengung dalam maraknya untuk
rasa hampir di setiapbelahan dan pelosok negeri ini, menambah semarak
gaung sorak sorai setan berpempik hampir terjadi di setiap waktu kala
bertemu . Seringkali suara tawa disepanjang jalan menggelegar laksana
halilintar menyambar , menggugah keheningan malam . Hingga membuat para
warga berdecak jantung tak karuan dibuatnya oleh datangnya gaung suara
diluar dugaan . Karena terusik dalam dalam tidurnya hingga mengalami
kemandegan istirahat nyenyaknya. Tak ayal , jika hal sepertiitu terjadi
,akibatnya adalah terpaan cacian , makianpun terlontar dalam suara-suara
hardikan. Namun apa lacur,justru malah ebrbalik menjadi tontonan
menarik bagi sekumpulan anak-anak muda yang nongkrong tanpa haluan.
bukan sekali atau dua kali tercipta kegaduhan dalam lingkungan
masyarakatnya, justru dialami hampir setiap hari ,hampir tiada henti
waktu dan tempat kosong untuk sebuah titian untuk penyadaram diri.
Sepertinya terjebak dalam dendam sejarah yang tak terbalaskan , sehingga
hati dan fikiran utnuk menyempatkan diri salam suasana renungan.
Ketidak-mampuan
melihat punggung dir sendiri adalah kiasan dari sempitnya batas dan
peralatan yang dimiliki untuk mewujudkan ekpresi. Bukan salah ibu
mengandung, aku , juga bukan salah bapak mengasuh hingga berlari-lari
dari pandang hidup yang pas-pasan. Mengejar ketertinggalan yang tak juga
sejenakpun untuk memberi salam. Apalagi berhenti , untuk duduk dan
menikmati segelas kopi yang dihidangkan. Sungguh suatu khayalan yang
jauh dari tatapan. Begitu sepinya waktu dalam kesempatan , harus dipacu
dengan kebutuhan dalam setiap kegiatan.
Bagaimana
mungkin perkembangan anak akan tumbuh dalam kewajaran logika , jikalau
contoh kata sepadan tak pernah ditemui dalam benaknya.
Pasca reformasi yang mengoyak dimensi kemapanan menjadi sebuah awal pembenahan.
Berawal
dari perkenalan dengan senior jalanan, merapati langkah dengan uintaian
kata yang terlontar. Berbagai kemasygulan terobati dalam tata cata
mengeja wantahkan keinginan dan pengalihan sumbu dari sumbu mediatorika stagnant.
Selembar
kain tak mampu menutup kebeningan kedua belah paha dalam garukan.
Hingga meninggalkan bekas luka mengganggu pandang dalam kenikmatan .
Namun juga tak mampu menutup belahan dada yang menyembul ntuk menggapai pemiliknya.
Kesusahan dalam kesendirian ntuk menggenggam dunia selalu kandas dalam impian .
Kesedihan pun tiada larut dalam setiap tautan .
byL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar